fitcerita.blogspot.com

Kamis, 08 November 2018

Part 1


"Aku yang mengagumimu, diam-diam melihat tawamu, mengikuti setiap aktivitasmu, tapi aku tak berani untuk sekedar menyapamu."

Tampak seorang perempuan yang berdiri dibalik tembok menatap lekat-lekat sosok pemuda tampan yang tengah asik mendribble bola berwarna orange itu, seolah-seolah melihat pemuda itu merupakan sarapan rutin baginya.
"Adara Senja Kirana sampai kapan lo seperti ini terus?" terdengar suara yang berasal dari belakang cewe yang di panggil adara tersebut.
Adara Senja Kirana, dialah sosok cewe yang berdiri dibalik tembok itu. Sosok cewe yang selalu melakukan rutinitas paginya dengan menatap diam-diam cowok tampan di lapangan basket itu.
Adara berbalik menatap cewe cantik dengan rambut sebahunya "Entahlah din, mungkin cuma ini yang bisa gue lakuin." jawabnya disertai senyum manisnya.
"Yak elahh..ya lo deketinlah, dari 2 tahun lalu cuma gini-gini aja gak ada perubahan sama sekali sampai kapan lo mau jadi secret admirernya."
"Ya kan lo tau sendiri, gue nggak pantes untuk sekedar deket sama dia bahkan untuk sekedar nyapa pun gue ngak pantes sama sekali. Gue cuma cewe culun, cewe kutu buku yang bahkan ngak selevel sama dia."
"Seengaknya ya lo nyobalah dar."
"Udalah din, mungkin gue hanya boleh sebatas mengagumi." Ucapnya kemudian meninggalkan dini yang menatapnya iba.
Adara Senja Kirana, cewe yang terkenal culun dengan image kutu buku yang melekat didirinya, cewe yang diam-diam menyukai Langit Putra Aditama. Seorang cowo tampan yang terkenal cuek dan dingin pada setiap orang, entah bagaimana perasaan suka itu bisa muncul tetapi adara sendiri merasa dia tak pantas untuk seorang langit karna dia hanya cewe culun yang tak akan pernah langit lirik sedikitpun.
Brukk....
Sebuah bola mengelinding mengenai kaki dara, langkahnya terhenti sambil memejamkan matanya bukan karna rasa sakit terkena bola basket itu. Tetapi karena dara tau siapa pelempar bola basket itu.
"Hei cupu, kesiniin bola gue" ucapnya dingin
Mata dara masih memejam meresapi setiap kalimat yang dilontarkan seseorang yang sangat dia kagumi.
"Bahkan kata-kata lo selalu nyakitin gue, tapi kenapa gue gak pernah bisa benci lo. Kapan lo lihat gue langit." ucapnya dalam hati, kemudian dia berbalik mengambil bola basket didepan nya dan mengembalikan bola basket itu kepemiliknya.
"in..ini bolanya langit." lagi-lagi rasa gugup menghinggapi adara saat dia berhadapan dengan seorang langit putra aditama.
Sedangkan langit menerima bola tersebut dengan tatapan datarnya dan tak ada ucapan terimakasih yang terucap dari bibirnya, namun dara yang tak kunjung pergi dari tempat itu membuat cowo itu menghela nafas dan berkata "Ngapain lo masih disini? Mau minta upah?"
"Ehh..enggak, maaf." Jawabnya sambil mengangkat wajahnya menatap langit.
"Dasar aneh."vbalasnya lalu meninggalkan adara dilapangan basket.
"Bahkan sikap kasar lo gak bisa buat gue benci lo langit, kapan lo mau lihat gue, kapan lo bersikap lembut ke gue, bahkan untuk sekedar nyapa lo aja gue gak berani." Ucapnya lirih sambil menatap punggung cowo didepan nya yang perlahan-lahan mulai menghilang
Pukul 11.30 WIB terlihat seorang cewe berkacamata tebal dengan sebuah bekal ditangannya terlihat berjalan terburu-buru karna 30 menit lagi bel istirahat akan berbunyi. Setelah sampai didepan loker dengan nama yang tertulis Langit Putra Aditama kelas XII IPA 1 cewe tersebut langsung membuka loker itu dan memasukan bekal yang di bawanya kedalam loker langit.
"Ngapain lo di depan loker gue."
"Ehh..itu itu em..em nyari loker dini, gue gak tau lokernya sebelah mana jadi gue cek namanya satu-satu." Balasnya sambil menundukan wajahnya tak berani menatap mata langit
"Bego..loker dini itu ada disebelah loker lo, lagian nama dini itu andini udah jelas-jelas pasti ada di urutan setelah lo."
Lagi-lagi adara meruntuki kebodahannya yang tak pandai dalam berbohong, dia merasa bodoh didepan orang yang dia sukai.
"Minggir gue mau buka loker gue"
"Eh.. iya." Adara pun mengeser tubuhnya kesamping langit.
Saat loker langit sudah dibuka, adara merasa was-was sendiri.
"Ngapain sih lo masih disini?" tanya langit dengan tatapan curiga.
"Emm.. gue mau mastiin kalau barang-barang lo gak ada yang hilang, nanti lo nuduh gue kalau ada yang hilang."
Langit tak menjawab ucapan adara, tapi dia merasa terkejut saat didalam lokernya terdapat sebuah bekal makanan dan sebuah note kecil. Ternyata di dalamnya berisi sandwich dan sekotak susu.
"Apaan nih." Ucapnya sambil menatap adara.
"Em..em..mana gue tau kan gue disini cuma mastiin kalau barang-barang lo gak hilang jadi lo gak nuduh gue nantinya." Balas adara dengan suara bergetar.
Langit masih menatap adara curiga, kemudian dia membaca note yang tetempel diatas kotak makan tersebut "Semoga kamu suka, maaf cuma bisa kasih ini. Dimakan ya 😊 ! -ASK- " adara yang mendengar langit membaca notenya cuma menunduk malu dengan wajah merona.
"Norak" Komentar langit setelah membaca note tersebut, sejurus kemudian dia membuang kotak bekal tersebut ke bak sampah yang terdapat di depan nya, sedangkan adara yang melihat itu melotot tajam dia sudah mulai tersulut emosinya.
"Setidaknya lo bisa menghargai pemberian orang lain." balasnya sedikit membentak
"Kenapa lo yang marah ? ohh ini dari lo." Ucapnya santai tanpa merasa bersalah
"Enggak penting itu dari gue atau dari siapa, tapi seenggaknya lo hargain pemberian orang lain. Mereka mungkin susah payah buat makanan itu untuk lo, tapi dengan seenaknya lo ngebuang makanan itu dan bahkan lo ngebuang makanan itu didepan orang yang mem..." adara meluapkan emosinya didepan langit bahkan tanpa dia sadari setetes air matanya mulai mengalir dipipinya, tapi beruntung adara masih bisa mengontrol emosinya sehingga dia tidak keceplosan mengatakan makan itu pemberiannya.
"Arghhh terserah lo, lo mau makan atau lo mau buang." Balasnya lagi sambil menghapus air matanya yang mulai mengalir deras di pipinya, lalu pergi meninggalkan langit yang menatapnya heran.
"Apa gue keterlaluan, apa mungkin itu bekal dari dia." Ucapnya dalam hati sambil menatap punggung adara yang mulai menghilang.
Bel masuk pun sudah berbunyi, tapi adara tak berniat untuk kembali ke kelasnya. Dia masih merasa sakit hati atas perlakuan langit terhadapnya. Apakah tidak ada sedikit saja di hati langit untuk bisa menerimanya, setidaknya kalau pun tidak bisa seharusnya langit bisa menghargai usahanya bukan malah menghinanya.
"Arghhh gue gak boleh begini cuma gara-gara dia." Kemudian adara beranjak dari kursi taman sekolah untuk masuk kekelas nya.
Sedangkan didalam kelas langit merasa heran kenapa dara tidak masuk ke kelas, bahkan terbesit dihatinya dia merasa bersalah kepada dara. Langit baru sadar bahwa bekal itu pemberian dara, dia tau dari note yang dibaca karna inisial ASK dan keberadaan dara yang ada di depan lokernya.
"Permisi bu, maaf saya terlambat." Terdengar suara yang berasal dari pintu kelas, dan disana berdilah seorang adara dengan wajah menunduk tapi tidak menghalangi pandangan langit untuk melihat mata sembab adara.
"Darimana saja, kamu pikir ini sekolah milik kamu?"
"Maaf bu tadi perut saya sakit jadi saya ke toilet dan lupa tidak minta izin kepada ibu." Lagi-lagi adara menundukkan wajahnya tak berani menatap gurunya.
"Ya sudalah kali ini saya maafin kamu, sekarang kembali kemeja kamu." Adara hanya menganggukan kepalanya dan berjalan menuju mejanya, bahkan adara menghindari tatapan langit yang sedari tadi menatapnya tajam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar